Tulisan ini dibuat disaat pemikiran mengarah ke UTR-Termografi inframerah sebagai UTR yang baru dibanding yang lima sebelumnya.
Sekarang sedang banyak dibicarakan tentang energi, apakah itu sumbernya?, keperluannya?, produksinya?, bahkan penghematannya? atawa efisiensinya. Maka muncul suatu kegiatan baru yang disebut Audit Energi. Berdasarkan SNI-03-6196-2000, Audit Energi bertujuan mengetahui "Potret Penggunaan Energi" dan mencari upaya peningkatan efisiensi penggunaan energi.
Dinegeri ini telah dimulai sejak tahun 1985 dengan diperkenalkannya program DOE (Department Of Energy, USA) oleh Departemen Pekerjaan Umum. Perkembangan selanjutnya nyaris tidak terdengar sampai dengan tahun 1987. Bisa jadi saat itu negeri ini sedang diatas angin dengan devisa emas hitam alias minyak dan gas yang melimpah.
Pada tahun 1987 dilakukan penelitian energi pada bangunan gedung yang bekerja sama dengan USAID, sekaligus memperkenalkan program ASEAM (A Simplified Energy Analysis Method). Sejak itu mulailah masalah konservasi energi terangkat kembali ke permukaan di Indonesia. Bahkan di tahun 1999 terbentuk tim kecil yang mewakili seluruh stakeholder kelistrikan di Indonesia.
UTR termografi inframerah bisa jadi pembantu utama dalam audit energi. Apalagi sekarang perangkatnya lebih canggih dibanding 10 tahun kebelakang. Tahun 1998 penulis masih menggunakan JEOL (made in Japan) dengan pendingin LN2, lebih besar sedikit dengan handycam lama, stasioner dengan kaki tiga. Pada saat itu juga produk Mitsubishi dan SONY sudah ada berupa handycam. Sekarang FLIR (Forward Looking Infra Red) generasi terakkhir yang didukung software terbaru dengan alat sebesar telefon genggam saja, untuk aplikasi berbagai bidang; audit energi, keamanan, militer, perawatan pabrik, monitor area, level tangki, dll.
Dalam audit energi, termografi lebih cenderung untuk peta kalor suatu area atau bangunan. Hal ini telah dibuktikan mampu untuk deteksi aliran panas yang mengalir dari suatu gedung, apakah itu insulasi yang bocor atau kurang rapat penutupnya, sedangkan untuk masalah kelistrikan juga digunakan untuk deteksi titik panas yang berlebih dari panel listrik suatu instalasi, yang apabila kita lihat secara mata telanjang, tidak akan tampak. (Gambar milik: www.imaging1.com). Dari gambar termografi ini bisa diambil suatu tindakan untuk memperbaiki kebocoran suatu ruangan ataupun kurang kencangnya sekrup dan baut yang digunakan dalan instalasi listrik tersebut.
Sekarang sedang banyak dibicarakan tentang energi, apakah itu sumbernya?, keperluannya?, produksinya?, bahkan penghematannya? atawa efisiensinya. Maka muncul suatu kegiatan baru yang disebut Audit Energi. Berdasarkan SNI-03-6196-2000, Audit Energi bertujuan mengetahui "Potret Penggunaan Energi" dan mencari upaya peningkatan efisiensi penggunaan energi.
Dinegeri ini telah dimulai sejak tahun 1985 dengan diperkenalkannya program DOE (Department Of Energy, USA) oleh Departemen Pekerjaan Umum. Perkembangan selanjutnya nyaris tidak terdengar sampai dengan tahun 1987. Bisa jadi saat itu negeri ini sedang diatas angin dengan devisa emas hitam alias minyak dan gas yang melimpah.
Pada tahun 1987 dilakukan penelitian energi pada bangunan gedung yang bekerja sama dengan USAID, sekaligus memperkenalkan program ASEAM (A Simplified Energy Analysis Method). Sejak itu mulailah masalah konservasi energi terangkat kembali ke permukaan di Indonesia. Bahkan di tahun 1999 terbentuk tim kecil yang mewakili seluruh stakeholder kelistrikan di Indonesia.
UTR termografi inframerah bisa jadi pembantu utama dalam audit energi. Apalagi sekarang perangkatnya lebih canggih dibanding 10 tahun kebelakang. Tahun 1998 penulis masih menggunakan JEOL (made in Japan) dengan pendingin LN2, lebih besar sedikit dengan handycam lama, stasioner dengan kaki tiga. Pada saat itu juga produk Mitsubishi dan SONY sudah ada berupa handycam. Sekarang FLIR (Forward Looking Infra Red) generasi terakkhir yang didukung software terbaru dengan alat sebesar telefon genggam saja, untuk aplikasi berbagai bidang; audit energi, keamanan, militer, perawatan pabrik, monitor area, level tangki, dll.
Dalam audit energi, termografi lebih cenderung untuk peta kalor suatu area atau bangunan. Hal ini telah dibuktikan mampu untuk deteksi aliran panas yang mengalir dari suatu gedung, apakah itu insulasi yang bocor atau kurang rapat penutupnya, sedangkan untuk masalah kelistrikan juga digunakan untuk deteksi titik panas yang berlebih dari panel listrik suatu instalasi, yang apabila kita lihat secara mata telanjang, tidak akan tampak. (Gambar milik: www.imaging1.com). Dari gambar termografi ini bisa diambil suatu tindakan untuk memperbaiki kebocoran suatu ruangan ataupun kurang kencangnya sekrup dan baut yang digunakan dalan instalasi listrik tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar